Manusia dalam kehidupannya tidak
pernah terlepas dari berbagai permasalahan, baik yang tergolong sederhana
sampai yang kompleks. Semua itu membutuhkan kesiapan mental untuk
menghadapinya. Pada kenyataannya terdapat gangguan mental yang sangat
mengganggu dalam hidup manusia, yang salah satunya adalah depresi. Gangguan
mental emosional ini bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dari kelompok
mana saja, dan pada segala rentang usia. Bagi penderita depresi ini selalu
dibayangi ketakutan, kengerian, ketidakbahagiaan serta kebencian pada mereka
sendiri. Hadi (2004), menyatakan secara sederhana dapat dikatakan bahwa depresi
adalah suatu pengalaman yang menyakitkan, suatu perasaan tidak ada harapan
lagi.
Pengertian
Kartono (2002), menyatakan bahwa
depresi adalah keadaan patah hati atau putus asa yang disertai dengan
melemahnya kepekaan terhadap stimulus tertentu, pengurangan aktivitas fisik
maupun mental dan kesulitan dalam berpikir, Lebih lanjut Kartono menjelaskan
bahwa gangguan depresi disertai kecemasan , kegelisahan dan keresahan, perasaan
bersalah, perasaan menurunnya martabat diri atau kecenderungan bunuh diri.
Trisna (Hadi, 2004), menyimpulkan
bahwa depresi adalah suatu perasaan sendu atau sedih yang biasanya disertai
dengan diperlambatnya gerak dan fungsi tubuh. Mulai dari perasaan murung
sedikit sampai pada keadaan tidak berdaya. Individu yakin tidak melakukan apa
pun untuk mengubahnya dan merasa bahwa respon apa pun yang dilakukan tidak akan
berpengaruh pada hasil yang muncul.
Individu yang mengalami depresi
sering merasa dirinya tidak berharga dan merasa bersalah. Mereka tidak mampu
memusatkan pikirannya dan tidak dapat membuat keputusan. Individu yang
mengalami depresi selalu menyalahkan diri sendiri, merasakan kesedihan yang
mendalam dan rasa putus asa tanpa sebab. Mereka mempersepsikan diri sendiri dan
seluruh alam dunia dalam suasana yang gelap dan suram. Pandangan suram ini
menciptakan perasaan tanpa harapan dan ketidakberdayaan yang berkelanjutan
(Albin, 1991).
Depresi menurut Kaplan dan Sadock
(1998), merupakan suatu masa terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya, termasuk perubahan pada pola
tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi, anhedonia, kelelahan, rasa
putus asa dan tidak berdaya, serta gagasan bunuh diri.
Sebagian perempuan menganggap
bahwa masa–masa setelah melahirkan adalah masa–masa sulit yang akan menyebabkan
mereka mengalami tekanan secara emosional. Gangguan–gangguan psikologis yang
muncul akan mengurangi kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak
mempengaruhi hubungan anak dan ibu dikemudian hari. Hal ini bisa muncul dalam
durasi yang sangat singkat atau berupa serangan yang sangat berat selama
berbulan–bulan atau bertahun – tahun lamanya.
Secara umum sebagaian besar
wanita mengalami gangguan emosional setelah melahirkan. Clydde (Regina dkk,
2001), bentuk gangguan postpartum yang umum adalah depresi, mudah marah dan
terutama mudah frustasi serta emosional.
gangguan mood selama periode
postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita
baik primipara maupun multipara. Menurut DSM-IV, gangguan pascasalin
diklasifikasikan dalam gangguan mood dan onset gejala adalah dalam 4 minggu
pascapersalinan.
Depresi Post Partum
Depresi post partum adalah depresi berat yang terjadi
7 hari setelah melahirkan dan berlangsung selama 30 hari, dapat terjadi
kapanpun bahkan sampai 1 tahun kedepan.
Pitt tahun 1988 dalam Pitt(regina dkk,2001) depresi
post parum adalah depresi yang
bervariasi dari hari ke hari dengan menunjukkan kelelahan, mudah marah,
gangguan nafsu makan dan kehilangan libido(kehilangan selera untuk berhubungan
intim dengan suami).
Llewelly-jones (1994) menyatakan wanita yang
didiagnosa mengalami depresi 3 bulan pertama setelah melahirkan. Wanita
tersebut secara social dan emosional meras terasingkan atau mudah tegang dalam
setiap kejadian hidupnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
depresi post partum adalah gangguan emosional pasca persalinan yang
bervariasi, terjadi pada 10 hari pertama masa setelah melahirkan dan
berlangsung terus-menerus sampai 6 bulan atau bahkan sampai satu tahun.
Penyebab Depresi Post Partum
Disebabkan karena gangguan hormonal. Hormon yang terkait
dengan terjadinya depresipost partum adalah prolaktin, steroid dan
progesterone.
Pitt(regina
dkk,2001) mengemukakan 4 faktor penyebab depresi post partum:
1. factor konstitusional
2. factor fisik yang etrjadi karena ketidakseimbangan
hormonal
3. factor psikologi
4. factor social dan karateristik ibu
Gejala Depresi Post Partum
Gejala yang menonjol dalam depresi post partum adalah trias depresi
yaitu:
1. berkurangnya energi
2. penurunan efek
3. hilang minat (anhedonia)
Ling dan Duff(2001) mengatakan bahwa gejala depresi post partum yang
dialami 60% wanita mempunyai karateristik dan spesifik antara lain:
1. trauma terhadap intervensi medis yang terjadi
2. kelelahan dan perubahan mood
3. gangguan nafsu makan dan gangguan tidur
4. tidak mau berhubungan dengan orang lain
5. tidak mencintai bayinya dan ingin menyakiti bayinya atau dirinya
sendiri.
Gambaran Klinik, Pencegahan dan
Penatalaksanaan
Monks dkk (1988) mengatakan depresi post partum
merupakan problem psikis sesudah melahirkan seperti labilitas efek, kecemasan
dan depresi pada ibu yang dapat berlangsung berbulan-bulan.
Faktor resiko:
1. keadaan hormonal
2. dukungan sosial
3. emotional relationship
4. komunikasi dan kedekatan
5. struktur keluarga
6. antropologi
7. perkawinan
8. demografi
9. stressor psikososial dan lingkungan
Untuk mencegah terjadinya depresi post partum sebagai
anggota keluarga harus memberikan dukungan emosional kepada ibu dan jangan
mengabaikan ibu bila terlihat sedang
sedih, dan sarankan pada ibu untuk:
1. beristirahat dengan baik
2. berolahraga yang ringan
3. berbagi cerita dengan orang lain
4. bersikap fleksible
5. bergabung dengan orang-oarang baru
6. sarankan untuk berkonsultasi dengan tenaga medis
Pengertian Post Partum Blues
Post Partum Blues (PBB) sering juga disebut sebagai
maternity blues atau baby blues dimengerti sebagai suatu sindroma gangguan efek
ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelahh persalinan. Kondisi ini
sering muncul dan merupakan gangguan psikologi bagi wanita pasca melahirkan.
Penyebab Post Partum Blues
Dikategorikan sebagai sindroma gangguan mental yang
ringan, tetapi bila tidak ditatalaksanai dengan baik dapat menimbulkan perasaan
tidak nyaman bagi wanita yang mengalaminya, dan bahkan gangguan ini dapat
berkembang menjadi keadaan yang lebih berat yaitu depresi dan psikosis salin
yang mempunyai dampak lebih buruk terutama dalam hubungan perkawinan
dengan suami dan perkembangan anknya.
Gejala Post Partum Blues
Gejala-gejala yang terjadi: reaksi
depresi/sedih/disforia, menagis, mudah tersinggun atau iritabilitas, cemas,
labil perasaan, cendrung menyalahkan diri sendiri,gangguan tidur dan gangguan
nafsu makan.
Gambaran Klinik, Pencegahan dan
Penatalaksanaan
Banyak factor yang dianggap mendukung pada sindroma ini:
1. Faktor hormonal yang terlalu rendah
2. Faktor demografik yaitu umur dan parietas
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan
4. Latar belakang psikososial yang bersangkutan
Cara mengatasinya adalah dengan mempersiapkan
persalinan dengan lebih baik, maksudnya disini tidak hanya menekankan pada
materi tapi yang lebih penting dari segi psikologi dan mental ibu.
Pencegahannya dapat dilakukan dengan:
1. beristirahat ketika bayi tidur
2. berolah raga ringan, ikhlas dan tulus dengan peran
baru sebagai ibu
3. tidak perfeksionis dalam hal mengurusi bayi
4. bicarakan rasa cemas dan komunikasikan
5. bersikap fleksibel dan bergabung dengan kelompok
ibu-ibu baru
6. kempatan merawat bayi hanya dating satu kali
boleh tau referensinya menggunakan buku apa?
BalasHapusTerimakasih, informasinya tentang gangguan jiwa pasca persalinan sangat bermanfaat sekali
BalasHapus